Selasa, 04 November 2014

Dunia Khayal



PUTRA
24 Juni
Aku duduk sendiri, menatap handphone yang telah beberapa menit ini selalu di peluk oleh jemari ku. Ntah kenapa aku sangat berharap ada hal yang terjadi di handphone ini, mungkin aku berharap nama nya muncul dengan panggilan, atau nama nya muncul di dalam kotak masuk ku. Tapi tiba-tiba aku mendengar suara pria yang sangat ku kenal, aku kenal suara ini dengan sangat amat, dia memanggil nama ku. Aku mencari asal suara itu, ku angkat kepala ku dan aku melihat sosok pria yang sangat ku kenal, ku kagumi, ku sayang, dia yang menjadi alasan mata ini untuk berbinar dan menangis, dan dia alasan sepasang bibir ini melengkung ke atas dan kebawah, yaa dia Putra.. Pujaan hatiku tetapi bukan milikku.
“putri,”
“iaa put?”
“kita gak bisa nikah. Kau tau kita beda. Kita gak bisa put’
Aku tersentak, apa maksud dia? Aku gak pernah membicarakan hal pernikahan dengannya. Tapi aku gak bisa bicara, aku malu, karena di belakang Putra ternyata banyak teman-temanku. Aku malu.
Aku berdiri dan langsung pergi ke mana kaki ku membawaku, tempat ini gelap, hanya ada satu cahaya yang ku lihat di ujung tepat aku berjalan. Airmata mengalir di pipiku, aku gak bisa menahannya. Putra kamu jahat ! teriak ku.
Kriiiiing kriiiiing Kriiiiiing .........
(bunyi alarm menyelamatkan ku)
Ku tersentak
“mimpi? Apa maksud mimpi barusan?”
Ku melihat jam,
“oh noo !!jam 7, bisa telat kerja!”
-yesasi-
24 September
Cuplikan bbm-an
From : Yetti
“Put hari ini kita ngumpul yah ber-8, ada hal penting !”
“Emangnya ada apa? Kayaknya aku lembur lah, biasa akhir bulan”
“Gak peduli, pokoknya kau harus datang !”
“Iih selooo lah anak muda, iya datang, tapi telat. Ada apa sih?”
“Pokoknya penting, antara hidup dan mati”
“Serius amat. Hidup mati siapa?”
“Hidup matimu lah”
“Aku?? Kau berhasil ngebuat aku penasaran. Oke aku pasti datang.
“sudah ku duga. Hahaha. Oke kami tunggu kau di cafe biasa “the stage” jam 6 sore. Bye”
“Haha kampret. Oke bye “

Pulang kerja aku langsung cus ke “the stage cafe”
Selama perjalanan, aku berfikir, ada apa sebenarnya. Hidup matiku? Ada apa denganku? Apa yang salah? Apa ini tentang dia? Ahhh gak mungkin, udah lama kabar dia gak ada. Dia hanya sebuah mantan yang gak pernah lepas dari ingatanku. Hanya seorang pria yang memang bukan buat ku. Atau belum ditakdirkan buatku, ,mungkin suatu saat nanti. (hahaha semua kalimat itu hanya kalimat penghibur. Sampai saat ini aku masih dalam proses move on dari 6 tahun lalu. Heii jangan kaget, itu mungkin terdengar lebay mencintai seseorang selama itu, tapi ya ini kenyataannya. Tanggal 24 oktober nanti aku genap berusia 25 tahun. Kebayang dong aku sejak kapan sayang ke pria ini. Hitung sendiri yah. )
Sampai di “The stage cafe” 7 orang sahabatku ( santi, kikie, yetti, melda, debby, ulan, tirza)  sudah duduk rapi dan menyisakan 1 buah tempat duduk di tengah. Dan kalian tau? Wajah mereka semua terlihat sedih, bingung, dan kacau.
Perasaanku semakin gak enak. Aku tahu ada yang salah disini.
Tapi tetap stay cool dong, pandangan ke depan, dan senyum, walau bingung, harus tetap cantik. Hahahaa
“Hei kenapa sih?” tanyaku, sambil ngambil buku menu dan memanggil weiters,
“Pesan lemontea nya 1, yang anget yah..”
“Heiiii kok pada diam? Tanya ku kembali.
(Semua ini adalah sahabatku dari SMA. Mereka lah yang tahu semua cerita tentang ku. Bagaimana aku mencintai Putra dengan sepenuh hati. Bagaimana sakitnya aku ditinggalkan Putra hanya karena salah paham yang bukan kesalahanku. Temannya memfitnah aku punya hubungan dengan sahabatnya. Dan sialnya Putra lebih percaya ke temannya daripada ke aku. Itu tu sakitnya kayak loe berdiri di papan hitam , terus pesulap yang di depan mata loe itu salah mentancapkan pisau tajam yang seharusnya melesat ke samping kepala mu, tapi malah tertancap di jantungmu. Bagaimana aku selalu menjelaskan ke dia dan selalu tidak dihiraukan olehnya. Bagaimana aku selalu meminta maaf nya dan selalu juga di abaikan olehnya. Dan bagaimana aku harus melihat dia pacaran dengan junior yang paling tidak ku sukai semasa SMA dulu. Dan bagaimana nyesek nya aku ketika setelah itu dengar kabar dia pacaran lagi dengan perempuan lain yang namanya sebelas duabelas dengan nama ku. Nama ku Putri, dia Yustri. Itu rasanya kayak loe punya kembaran, dan loe jatuh cinta, tapi cowok yang loe sukak itu malah nyukai kembaran loe. Itu so kampret banget you know -.-
Oke lupakan, mari kita lanjut... itu hanya sekilas tentang mantan L  )
Sampai minuman ku datang, semua tetap diam, yang ada saling nyuruh.
“Apa sih wee? Kalau pada gak ngomong, mending aku pulang istirahat.”
“Put,,” yetti bukak suara,
“Iya yet, kenapa? Kalian aneh lah, aku datang kalian diam, padahal tadi kalian brisik, sebenarnya ada apa? Hidup mati siapa yang jadi korban? Kita mau cerita tentang sia “
“Putra mau nikah” potong yetti.
Kalimat itu berhasil membuat ku tersentak, ku kerutkan kening ku.
“Siapa bilang? Gak mungkin lah ”, tanyaku sambil tertawa.
Aku berharap ini adalah april mop. Tapi kenyataannya in bukan bulan april !!
“Ini undangannya” , lanjut kikie sambil menunjukkan kartu undangan.
Ku lihat undangan itu, ku pegang dan dengan sangat hati-hati ku baca nama yang ada di undangan itu.
Sesaat ku terdiam, aku merasa, lampu menyorot ku dari atas, hanya aku, dan yang lainnya gelap, badanku dingin, aku merasa keringat dingin, mata ku panas tapi terasa basah, tak bisa berkedip, lalu lampu sorot mati, aku tertunduk, gumpalan air membendungi mataku. Aku tak bersuara, tangisku tertahan, dada ku sesak.
Ku letakkan undangan itu dengan perlahan,
Ku senyum
“Akhirnya dia nikah, dan itu ditanggal ku”,suara ku terdengar parau.
Gumpalan air yang tadi nya membendungi mataku, sekarang berganti mengalir di pipiku. Sebuah pelukan mendarat di tubuhku, pelukan sahabat, pelukan yang harusnya bisa menenangkan perasaanku saat ini, tapi tak bisa, kali ini sungguh sangat sakit.
Aku melihat ke jalanan yang baru saja di hadiah kan Tuhan tetesan air random yang indah. Tetesan itu indah Tuhan, tapi kenapa tetesan air dari mata ku saat ini gak seindah tetesan hujanmu.
Sore ini pun berlalu ditemani tetes air mata dan tetes air random dari langit.
-yesasi-
25 Oktober 2013
Cuplikan sms
From Putra :
“Put kamu dimana?”
“Dikantor Put”
“Bisa jumpa?”
“Aku sibuk Put.”
“Ada hal penting yang mau ku sampein ke kamu Put”
“Tentang apa?”
“Tentang kita Put. Ntar ku jemput ke kantor mu yah?”
“Kita? kenapa kita? Gak usah, Put”
“Iya kita. Ini penting dan kamu harus mau. Nanti ku jemput, kita ke cafe dekat kantor mu ajah, jam 6. yah?”
“Gak usah Put, aku bisa sendiri,”
“Ku tunggu kau jam 6. aku berharap kamu datang Put.”

Maaf Put , aku gak bakal sanggup jumpa ama mu. Aku gak tau bakal datang atau gak. ( lamun ku)
-yesasi-
Pulang kerja ---------
Di depan kantor aku melihat jam di pergelangan tanganku, menunjukkan jam tengah 6 sore. Matahari seakan telah lelah menerangi bumi, dan bersiap-siap istirahat. Dan aku masih tetap dengan kebingungan ku, aku datang atau gak. Aku takut gak bisa nahan airmata kalau ingat dia akan nikah dan gak bakal lagi menjadi Putraku. Tapi aku gak bakal sanggup buat dia kecewa, kalau aku gak datang ke cafe itu. Aku gak pernah sanggup membuat dia kecewa. Dan bila dia kecewa, itu semua diluar kemampuanku.
Ku berjalan pelan menuju cafe, aku masih belum yakin dengan keputusanku.
Sambil menunduk,ku pasang headset danmendengar musik lagu-lagu sheila 0n-7 kesukaanku, tiba-tiba langkahku terhenti, ada sepasang kaki pria di depan ku, ku tegakkan kepala,
PUTRA !! aku gak bakal bisa lari lagi kalau gini ceritanya ! (teriak ku dalam hati)
“Putra? Kok disini?” tanyaku sedikit terkejut.
“Kalau jalan itu nengok ke depan, bukan ke bawah, jawabnya dengan senyum yang tak pernah terlupakan itu.
Digapainya tangan ku, jantungku gak normal, ada apa dengannya? Kami sudah lama gak nglakuin hal seperti ini. Dia terasa begitu dekat disaat dia akan pergi jauh. Aku yakin dia hanya ingin membuat ku tenang. Dia mengenalku dengan sangat seperti aku mengenalnya.
Kami berjalan seperti sepasang kekasih, seperti dulu, saat dia masih menjadi Putra ku, disaat kami tak pernah mempermasalahkan perbedaan agama. Disaat semua nya indah, disaat perbedaan itu gak ada artinya buat kami. Disaat kami masih sama-sama egois dan hanya memikirkan 1 kata dasar dari kehidupan ini, yaitu Cinta.
Mata ku tak lepas dari wajahnya, sepanjang jalan ku pandangi, aku sadar sebentar lagi aku akan kehilangannyaa.
Dibalik senyumnya aku tau dia menyimpan keresahan, tapi dia berusaha tenang. Dia memang selalu seperti itu.
“Putra, aku sayang kamu, kemarin, detik ini, dan selamanya”. Bisik ku dalam hati.
Dia tiba-tiba menatapku sambil tersenyum dan
“aku sayang kamu Put” ucapnya, sembari menggemgam tanganku lebih erat.
-yesasi-
Di cafe dekat kantor...
Kami duduk saling berhadapan, dia memesan minuman kesukaan kami, Capucino Susu.
Dia masih ingat ternyata.
Keheningan menyelimuti senja saat ini, lampu-lampu jalan mulai menyinari jalanan menggantikan sang matahari. Gerimis lagi-lagi turun. Aku selalu menyukai aroma hujan. Dan Putra tau itu.
“Ini mbak minumannya”, suara weiters itu memcahkan keheningan.
“Makasiih yah” jawabku.
“Put, “ panggil Putra.
“Iyah Put?”.
“Aku mau nikah” dengan suara parau.
Lagi-lagi jantung ku terasa ditusuk 1000 jarum. Ku pikir aku gak bakal sesakit ini mendengar kabar ini langsung darinya, ternyata jauh lebih sakit mendengar kaimat itu langsung dari bibirnya.
Tuhan aku gak sanggup. Please tahan air mata ku.
Aku gak bisa bicara, aku hanya terdiam.
“Ini undangan buat mu Put”, disodorkan kan undangan itu tepat di meja depan ku.
“Selamat yah Put” jawabku mencoba tegar dengan senyum yang aku pun tak bisa mendeskripsikannya.
Dia tak lepas menatapku daritadi. Dan aku tak sanggup untuk membalas tatapan itu, aku takut tak bisa menahan air mata kalau aku melihat bola mata nya.
“Kamu harus datang yah Put”
“Kenapa harus di tanggal ulang tahun ku?”
“Aku ingin selalu mengingatmu,”
“Putra, aku harus pulang sekarang, aku ada janji ama temanku, aku lupa, aku duluan yah”
Kuambil tas dan beranjak pergi, tapi, hanya selang berapa detik sebuah badan memelukku, aku belum sempat melihat siapa pemilik badan ini, tapi aku tau dari aroma badan maskulinnya, bentuk dadanya yang bidang, sentuhan tangan yang memegang kepala ku, hangatnya pelukan itu, pelukan yang sangat erat sampai ku tak bisa bergerak, aku terdiam, dan tersadar, itu Putra.
“Aku sayang sama mu Put, tapi kita gak bisa sama” suara nya semakin parau.
Airmata ku tak tertahan, dan akhirnya mengalir.
Disentuhnya wajahku, kini wajah kami hanya berjarak beberapa inchi, kami bertatapan, sungguh aku tak sanggup Tuhan. Sesekali aku menjatuhkan pandanganku ke bawah. 
“Aku sayang sama kamu, tapi agama kita..
“Putra, kamu sudah memilih untuk menikah, jangan pernah bahas ini lagi”
“Putri, pernikahan ini akan batal seandainya kamu mau pindah”,
“Putra, itu bukan keputusan yang gampang! Banyak yang harus dipikirkan, kita sudah sering membahas ini. Kenapa harus aku? Kenapa gak kamu ajah yang pindah?!, bentakku.
“Putri aku gak bisa”, suaranya memelan, dan melepaskan tangannya dari wajahku.
“Kenapa? Karena kamu anak pertama, gitu? Itu selalu yang jadi alasanmu Put.”
“Itu bukan alasan, itu kenyataannya Putri, kamu harus ngerti”.
“Aku gak akan pernah ngerti kenapa kita mesti kayak gini, semua ini gak adil! Tuhan gak adil!”, protesku (sambil nangis)
“Putri, aku sayang kamu, kamu sayang aku, kamu pindah dan kita akan bahagia selamanya”, Putra mencoba meyakinkanku. Dia menggenggam erat tanganku.
Ku tatap mata nya lama, otakku terus berfikir, Tuhan aku harus ngasih jawaban sekarang atau tidak sama sekali. Kasih aku petunjukmu.
Akhirnya ku lepaskan genggamannya, dan ku yakinkan aku gak apa-apa.
Ku peluk dia, ku pecahkan tangisku di dalam pelukannya, dan kubisikkan
“Aku    sayang     kamu, selama nya, se lama nya, tetaplah jadi Putra ku”, suara ku terputus-putus karena tangis tertahanku.
Ku lepas pelukan itu dan pergi meninggalkannya,
Tangisku kembali pecah di jalanan kota Medan yang ramai, aku gak peduli lagi, ku sudah tak bisa menahan tangisku lagi.
Aku bahkan mrasa sendiri diantara beribu orang di sekelilingku saat ini. I fell alone.
-yesasi-
24 Oktober
Happy birthday to me, God always bless me. Thank you God, that’s all i can said. I love you forever.
Bismillahirrahmanirrahim...
Yaa hari ini hari ulang tahunku, banyak ucapan dari sahabat dan temen-temenku, keluarga juga.
Dan gak lupa hari ini adalah hari bahagia Putra.
Aku mengambil cuti hari ini, tapi bukan berarti aku memastikan datang ke acara nikahan itu. Kaki ku berat melangkah kesana. Hanya berjaga-jaga.
Jam sudah menunjukkan jam 08.00 WIB, dan aku masih berbaring di tempat  tidurku, enggan rasanya bangkit. Ntah kenapa kali ini tempat tidur ku serasa punya magnet yang lebih kuat.
Took took...!! (pintu kamar)
“Siapa?”
“Yetti”.
“Masuk ajah yet”.
Dia pun masuk dengan ke-6 temanku yang lainnya. Dan semua langsung ngomel ngelihat aku masih tiduran.
“Hei, mandi, kita kan harus kondangan”, omel Kikie.
“Gak usah mandi, kayak gitu ajah, ayok pergi”, ejek Santy di ikuti tawa.
“Gak dong, dia harus lebih cantik dari pengantin di acara nanti”, sambung Melda.
“Yaudah cepetan bangkit”, tegas Debby,
Tirza pun menarik tanganku sampek aku terduduk, “Cepetan bangun, dasar busuk !”
“Cepet Put, ntar kami dandanin kayak ondel-ondel deh”, seru ulan.
Dan semua pun tertwaa.
Hahaaaa
“Aku gak datang ahh “, potong ku
“GAKKKK !!!”, semua nya barengan. Dan semua pun tertawa lagi.
-yesasi-
Di sebuah gedung tempat resepsi Putra dilaksanakan.
Kami ber-8 duduk di meja bundar..
“Put, kau harus kuat yah, dia bukan jodohmu”, bisik Yetti yang kebetulan duduk disamping ku.
Hanya ku balas dengan senyum.
Pengantin wanita pun berjalan perlahan menuju pelaminan, dia sangat cantik. Dia mungkin memang gadis yang pantas buat Putra, pria yang ku cintai.
Ku melihat mereka berjalan berdua, mereka terlihat serasi, mereka cocok, tatapan ku tak lepas dari Putra, dia tetap Putra yang ku cintai, dia terlihat sangat tampan luar biasa di mata ku, dan dia melihatku, dia tersenyum, senyum yang sangat indah, senyum kebahagiaan yang belum pernah ku lihat darinya. Saat ini, detik ini juga aku baru sadar, ternyata omongan orang yang dulu ku anggap omong kosong, sekarang terbukti. Kita akan tetap bahagia jika kita melihat orang yang kita sayang bahagia, meskipun itu dengan orang lain. Aku senang Putra menemukan cinta yang se-Tuhan dengannya.
Tatapan ku tetap tak lepas dari mereka berdua, senyum ku pun tanpa sadar selalu terbentuk, mata ku basah, aku menangis bahagia, yaaa aku menangis bahagia.
Selamat menempuh hidup baru bersama wanita pilihan Tuhan buat mu Putra, kau akan selalu menjadi Putra ku, akan selalu jadi cerita di  buku kehidupanku. Mungkin kita bisa bersama di saat kita telah reinkarnasi nanti, dan tentunya tidak dengan perbedaan agama lagi. I wish...... I love you Putra... (bisikku dalam hati)
-yesasi-