PUTRA
24 Juni
Aku duduk sendiri, menatap handphone yang telah
beberapa menit ini selalu di peluk oleh jemari ku. Ntah kenapa aku sangat
berharap ada hal yang terjadi di handphone ini, mungkin aku berharap nama nya
muncul dengan panggilan, atau nama nya muncul di dalam kotak masuk ku. Tapi
tiba-tiba aku mendengar suara pria yang sangat ku kenal, aku kenal suara ini
dengan sangat amat, dia memanggil nama ku. Aku mencari asal suara itu, ku
angkat kepala ku dan aku melihat sosok pria yang sangat ku kenal, ku kagumi, ku
sayang, dia yang menjadi alasan mata ini untuk berbinar dan menangis, dan dia
alasan sepasang bibir ini melengkung ke atas dan kebawah, yaa dia Putra..
Pujaan hatiku tetapi bukan milikku.
“putri,”
“iaa put?”
“kita gak bisa nikah. Kau tau kita beda. Kita gak
bisa put’
Aku tersentak, apa maksud dia? Aku gak pernah
membicarakan hal pernikahan dengannya. Tapi aku gak bisa bicara, aku malu,
karena di belakang Putra ternyata banyak teman-temanku. Aku malu.
Aku berdiri dan langsung pergi ke mana kaki ku
membawaku, tempat ini gelap, hanya ada satu cahaya yang ku lihat di ujung tepat
aku berjalan. Airmata mengalir di pipiku, aku gak bisa menahannya. Putra kamu
jahat ! teriak ku.
Kriiiiing kriiiiing Kriiiiiing .........
(bunyi alarm menyelamatkan ku)
Ku tersentak
“mimpi? Apa maksud mimpi barusan?”
Ku melihat jam,
“oh noo !!jam 7, bisa telat kerja!”
-yesasi-
24 September
Cuplikan bbm-an
From : Yetti
“Put hari ini kita ngumpul yah ber-8, ada hal
penting !”
“Emangnya ada apa? Kayaknya aku lembur
lah, biasa akhir bulan”
“Gak peduli, pokoknya kau harus datang !”
“Iih selooo lah anak muda, iya datang,
tapi telat. Ada apa sih?”
“Pokoknya penting, antara hidup dan mati”
“Serius amat. Hidup mati siapa?”
“Hidup matimu lah”
“Aku?? Kau berhasil ngebuat aku penasaran.
Oke aku pasti datang.
“sudah ku duga. Hahaha. Oke kami tunggu kau di
cafe biasa “the stage” jam 6 sore. Bye”
“Haha kampret. Oke bye “
Pulang kerja aku langsung cus ke “the stage cafe”
Selama perjalanan, aku berfikir, ada apa
sebenarnya. Hidup matiku? Ada apa denganku? Apa yang salah? Apa ini tentang
dia? Ahhh gak mungkin, udah lama kabar dia gak ada. Dia hanya sebuah mantan
yang gak pernah lepas dari ingatanku. Hanya seorang pria yang memang bukan buat
ku. Atau belum ditakdirkan buatku, ,mungkin suatu saat nanti. (hahaha semua
kalimat itu hanya kalimat penghibur. Sampai saat ini aku masih dalam proses
move on dari 6 tahun lalu. Heii jangan kaget, itu mungkin terdengar lebay
mencintai seseorang selama itu, tapi ya ini kenyataannya. Tanggal 24 oktober
nanti aku genap berusia 25 tahun. Kebayang dong aku sejak kapan sayang ke pria
ini. Hitung sendiri yah. )
Sampai di “The stage cafe” 7 orang sahabatku (
santi, kikie, yetti, melda, debby, ulan, tirza)
sudah duduk rapi dan menyisakan 1 buah tempat duduk di tengah. Dan
kalian tau? Wajah mereka semua terlihat sedih, bingung, dan kacau.
Perasaanku semakin gak enak. Aku tahu ada yang
salah disini.
Tapi tetap stay cool dong, pandangan ke depan, dan
senyum, walau bingung, harus tetap cantik. Hahahaa
“Hei kenapa sih?” tanyaku, sambil ngambil buku
menu dan memanggil weiters,
“Pesan lemontea nya 1, yang anget yah..”
“Heiiii kok pada diam? Tanya ku kembali.
(Semua ini adalah sahabatku dari SMA. Mereka lah
yang tahu semua cerita tentang ku. Bagaimana aku mencintai Putra dengan sepenuh
hati. Bagaimana sakitnya aku ditinggalkan Putra hanya karena salah paham yang
bukan kesalahanku. Temannya memfitnah aku punya hubungan dengan sahabatnya. Dan
sialnya Putra lebih percaya ke temannya daripada ke aku. Itu tu sakitnya kayak
loe berdiri di papan hitam , terus pesulap yang di depan mata loe itu salah
mentancapkan pisau tajam yang seharusnya melesat ke samping kepala mu, tapi
malah tertancap di jantungmu. Bagaimana aku selalu menjelaskan ke dia dan
selalu tidak dihiraukan olehnya. Bagaimana aku selalu meminta maaf nya dan
selalu juga di abaikan olehnya. Dan bagaimana aku harus melihat dia pacaran
dengan junior yang paling tidak ku sukai semasa SMA dulu. Dan bagaimana nyesek
nya aku ketika setelah itu dengar kabar dia pacaran lagi dengan perempuan lain
yang namanya sebelas duabelas dengan nama ku. Nama ku Putri, dia Yustri. Itu
rasanya kayak loe punya kembaran, dan loe jatuh cinta, tapi cowok yang loe
sukak itu malah nyukai kembaran loe. Itu so kampret banget you know -.-
Oke lupakan, mari kita lanjut... itu hanya sekilas
tentang mantan L )
Sampai minuman ku datang, semua tetap diam, yang
ada saling nyuruh.
“Apa sih wee? Kalau pada gak ngomong, mending aku
pulang istirahat.”
“Put,,” yetti bukak suara,
“Iya yet, kenapa? Kalian aneh lah, aku datang
kalian diam, padahal tadi kalian brisik, sebenarnya ada apa? Hidup mati siapa
yang jadi korban? Kita mau cerita tentang sia “
“Putra mau nikah” potong yetti.
Kalimat itu berhasil membuat ku tersentak, ku
kerutkan kening ku.
“Siapa bilang? Gak mungkin lah ”, tanyaku sambil
tertawa.
Aku berharap ini adalah april mop. Tapi
kenyataannya in bukan bulan april !!
“Ini undangannya” , lanjut kikie sambil
menunjukkan kartu undangan.
Ku lihat undangan itu, ku pegang dan dengan sangat
hati-hati ku baca nama yang ada di undangan itu.
Sesaat ku terdiam, aku merasa, lampu menyorot ku
dari atas, hanya aku, dan yang lainnya gelap, badanku dingin, aku merasa
keringat dingin, mata ku panas tapi terasa basah, tak bisa berkedip, lalu lampu
sorot mati, aku tertunduk, gumpalan air membendungi mataku. Aku tak bersuara,
tangisku tertahan, dada ku sesak.
Ku letakkan undangan itu dengan perlahan,
Ku senyum
“Akhirnya dia nikah, dan itu ditanggal ku”,suara
ku terdengar parau.
Gumpalan air yang tadi nya membendungi mataku,
sekarang berganti mengalir di pipiku. Sebuah pelukan mendarat di tubuhku,
pelukan sahabat, pelukan yang harusnya bisa menenangkan perasaanku saat ini,
tapi tak bisa, kali ini sungguh sangat sakit.
Aku melihat ke jalanan yang baru saja di hadiah
kan Tuhan tetesan air random yang indah. Tetesan itu indah Tuhan, tapi kenapa
tetesan air dari mata ku saat ini gak seindah tetesan hujanmu.
Sore ini pun berlalu ditemani tetes air mata dan
tetes air random dari langit.
-yesasi-
25 Oktober 2013
Cuplikan sms
From Putra :
“Put kamu dimana?”
“Dikantor Put”
“Bisa jumpa?”
“Aku sibuk Put.”
“Ada hal penting yang mau ku sampein ke kamu Put”
“Tentang apa?”
“Tentang kita Put. Ntar ku jemput ke kantor mu
yah?”
“Kita? kenapa kita? Gak usah, Put”
“Iya kita. Ini penting dan kamu harus mau. Nanti
ku jemput, kita ke cafe dekat kantor mu ajah, jam 6. yah?”
“Gak usah Put, aku bisa sendiri,”
“Ku tunggu kau jam 6. aku berharap kamu datang
Put.”
Maaf Put , aku gak bakal sanggup jumpa ama mu. Aku
gak tau bakal datang atau gak. ( lamun ku)
-yesasi-
Pulang kerja ---------
Di depan kantor aku melihat jam di pergelangan
tanganku, menunjukkan jam tengah 6 sore. Matahari seakan telah lelah menerangi
bumi, dan bersiap-siap istirahat. Dan aku masih tetap dengan kebingungan ku,
aku datang atau gak. Aku takut gak bisa nahan airmata kalau ingat dia akan
nikah dan gak bakal lagi menjadi Putraku. Tapi aku gak bakal sanggup buat dia
kecewa, kalau aku gak datang ke cafe itu. Aku gak pernah sanggup membuat dia
kecewa. Dan bila dia kecewa, itu semua diluar kemampuanku.
Ku berjalan pelan menuju cafe, aku masih belum
yakin dengan keputusanku.
Sambil menunduk,ku pasang headset danmendengar
musik lagu-lagu sheila 0n-7 kesukaanku, tiba-tiba langkahku terhenti, ada sepasang
kaki pria di depan ku, ku tegakkan kepala,
PUTRA !! aku gak bakal bisa lari lagi kalau gini
ceritanya ! (teriak ku dalam hati)
“Putra? Kok disini?” tanyaku sedikit terkejut.
“Kalau jalan itu nengok ke depan, bukan ke bawah,
jawabnya dengan senyum yang tak pernah terlupakan itu.
Digapainya tangan ku, jantungku gak normal, ada
apa dengannya? Kami sudah lama gak nglakuin hal seperti ini. Dia terasa begitu
dekat disaat dia akan pergi jauh. Aku yakin dia hanya ingin membuat ku tenang.
Dia mengenalku dengan sangat seperti aku mengenalnya.
Kami berjalan seperti sepasang kekasih, seperti
dulu, saat dia masih menjadi Putra ku, disaat kami tak pernah mempermasalahkan
perbedaan agama. Disaat semua nya indah, disaat perbedaan itu gak ada artinya
buat kami. Disaat kami masih sama-sama egois dan hanya memikirkan 1 kata dasar
dari kehidupan ini, yaitu Cinta.
Mata ku tak lepas dari wajahnya, sepanjang jalan
ku pandangi, aku sadar sebentar lagi aku akan kehilangannyaa.
Dibalik senyumnya aku tau dia menyimpan keresahan,
tapi dia berusaha tenang. Dia memang selalu seperti itu.
“Putra, aku sayang kamu, kemarin, detik ini, dan
selamanya”. Bisik ku dalam hati.
Dia tiba-tiba menatapku sambil tersenyum dan
“aku sayang kamu Put” ucapnya, sembari menggemgam
tanganku lebih erat.
-yesasi-
Di cafe dekat kantor...
Kami duduk saling berhadapan, dia memesan minuman
kesukaan kami, Capucino Susu.
Dia masih ingat ternyata.
Keheningan menyelimuti senja saat ini, lampu-lampu
jalan mulai menyinari jalanan menggantikan sang matahari. Gerimis lagi-lagi
turun. Aku selalu menyukai aroma hujan. Dan Putra tau itu.
“Ini mbak minumannya”, suara weiters itu memcahkan
keheningan.
“Makasiih yah” jawabku.
“Put, “ panggil Putra.
“Iyah Put?”.
“Aku mau nikah” dengan suara parau.
Lagi-lagi jantung ku terasa ditusuk 1000 jarum. Ku
pikir aku gak bakal sesakit ini mendengar kabar ini langsung darinya, ternyata
jauh lebih sakit mendengar kaimat itu langsung dari bibirnya.
Tuhan aku gak sanggup. Please tahan air mata ku.
Aku gak bisa bicara, aku hanya terdiam.
“Ini undangan buat mu Put”, disodorkan kan
undangan itu tepat di meja depan ku.
“Selamat yah Put” jawabku mencoba tegar dengan
senyum yang aku pun tak bisa mendeskripsikannya.
Dia tak lepas menatapku daritadi. Dan aku tak
sanggup untuk membalas tatapan itu, aku takut tak bisa menahan air mata kalau
aku melihat bola mata nya.
“Kamu harus datang yah Put”
“Kenapa harus di tanggal ulang tahun ku?”
“Aku ingin selalu mengingatmu,”
“Putra, aku harus pulang sekarang, aku ada janji
ama temanku, aku lupa, aku duluan yah”
Kuambil tas dan beranjak pergi, tapi, hanya selang
berapa detik sebuah badan memelukku, aku belum sempat melihat siapa pemilik
badan ini, tapi aku tau dari aroma badan maskulinnya, bentuk dadanya yang
bidang, sentuhan tangan yang memegang kepala ku, hangatnya pelukan itu, pelukan
yang sangat erat sampai ku tak bisa bergerak, aku terdiam, dan tersadar, itu
Putra.
“Aku sayang sama mu Put, tapi kita gak bisa sama”
suara nya semakin parau.
Airmata ku tak tertahan, dan akhirnya mengalir.
Disentuhnya wajahku, kini wajah kami hanya
berjarak beberapa inchi, kami bertatapan, sungguh aku tak sanggup Tuhan.
Sesekali aku menjatuhkan pandanganku ke bawah.
“Aku sayang sama kamu, tapi agama kita..
“Putra, kamu sudah memilih untuk menikah, jangan
pernah bahas ini lagi”
“Putri, pernikahan ini akan batal seandainya kamu
mau pindah”,
“Putra, itu bukan keputusan yang gampang! Banyak
yang harus dipikirkan, kita sudah sering membahas ini. Kenapa harus aku? Kenapa
gak kamu ajah yang pindah?!, bentakku.
“Putri aku gak bisa”, suaranya memelan, dan
melepaskan tangannya dari wajahku.
“Kenapa? Karena kamu anak pertama, gitu? Itu
selalu yang jadi alasanmu Put.”
“Itu bukan alasan, itu kenyataannya Putri, kamu
harus ngerti”.
“Aku gak akan pernah ngerti kenapa kita mesti
kayak gini, semua ini gak adil! Tuhan gak adil!”, protesku (sambil nangis)
“Putri, aku sayang kamu, kamu sayang aku, kamu
pindah dan kita akan bahagia selamanya”, Putra mencoba meyakinkanku. Dia
menggenggam erat tanganku.
Ku tatap mata nya lama, otakku terus berfikir,
Tuhan aku harus ngasih jawaban sekarang atau tidak sama sekali. Kasih aku
petunjukmu.
Akhirnya ku lepaskan genggamannya, dan ku yakinkan
aku gak apa-apa.
Ku peluk dia, ku pecahkan tangisku di dalam
pelukannya, dan kubisikkan
“Aku sayang
kamu, selama nya, se lama nya, tetaplah
jadi Putra ku”, suara ku terputus-putus karena tangis tertahanku.
Ku lepas pelukan itu dan pergi meninggalkannya,
Tangisku kembali pecah di jalanan kota Medan yang
ramai, aku gak peduli lagi, ku sudah tak bisa menahan tangisku lagi.
Aku bahkan mrasa sendiri diantara beribu orang di
sekelilingku saat ini. I fell alone.
-yesasi-
24 Oktober
Happy birthday to me, God always bless me. Thank
you God, that’s all i can said. I love you forever.
Bismillahirrahmanirrahim...
Yaa hari ini hari ulang tahunku, banyak ucapan dari
sahabat dan temen-temenku, keluarga juga.
Dan gak lupa hari ini adalah hari bahagia Putra.
Aku mengambil cuti hari ini, tapi bukan berarti
aku memastikan datang ke acara nikahan itu. Kaki ku berat melangkah kesana.
Hanya berjaga-jaga.
Jam sudah menunjukkan jam 08.00 WIB, dan aku masih
berbaring di tempat tidurku, enggan rasanya
bangkit. Ntah kenapa kali ini tempat tidur ku serasa punya magnet yang lebih
kuat.
Took took...!! (pintu kamar)
“Siapa?”
“Yetti”.
“Masuk ajah yet”.
Dia pun masuk dengan ke-6 temanku yang lainnya.
Dan semua langsung ngomel ngelihat aku masih tiduran.
“Hei, mandi, kita kan harus kondangan”, omel Kikie.
“Gak usah mandi, kayak gitu ajah, ayok pergi”,
ejek Santy di ikuti tawa.
“Gak dong, dia harus lebih cantik dari pengantin
di acara nanti”, sambung Melda.
“Yaudah cepetan bangkit”, tegas Debby,
Tirza pun menarik tanganku sampek aku terduduk, “Cepetan
bangun, dasar busuk !”
“Cepet Put, ntar kami dandanin kayak ondel-ondel
deh”, seru ulan.
Dan semua pun tertwaa.
Hahaaaa
“Aku gak datang ahh “, potong ku
“GAKKKK !!!”, semua nya barengan. Dan semua pun
tertawa lagi.
-yesasi-
Di sebuah gedung tempat resepsi Putra dilaksanakan.
Kami ber-8 duduk di meja bundar..
“Put, kau harus kuat yah, dia bukan jodohmu”,
bisik Yetti yang kebetulan duduk disamping ku.
Hanya ku balas dengan senyum.
Pengantin wanita pun berjalan perlahan menuju
pelaminan, dia sangat cantik. Dia mungkin memang gadis yang pantas buat Putra,
pria yang ku cintai.
Ku melihat mereka berjalan berdua, mereka terlihat
serasi, mereka cocok, tatapan ku tak lepas dari Putra, dia tetap Putra yang ku
cintai, dia terlihat sangat tampan luar biasa di mata ku, dan dia melihatku, dia
tersenyum, senyum yang sangat indah, senyum kebahagiaan yang belum pernah ku
lihat darinya. Saat ini, detik ini juga aku baru sadar, ternyata omongan orang
yang dulu ku anggap omong kosong, sekarang terbukti. Kita akan tetap bahagia
jika kita melihat orang yang kita sayang bahagia, meskipun itu dengan orang
lain. Aku senang Putra menemukan cinta yang se-Tuhan dengannya.
Tatapan ku tetap tak lepas dari mereka berdua,
senyum ku pun tanpa sadar selalu terbentuk, mata ku basah, aku menangis
bahagia, yaaa aku menangis bahagia.
Selamat menempuh hidup baru bersama wanita pilihan
Tuhan buat mu Putra, kau akan selalu menjadi Putra ku, akan selalu jadi cerita
di buku kehidupanku. Mungkin kita bisa
bersama di saat kita telah reinkarnasi nanti, dan tentunya tidak dengan
perbedaan agama lagi. I wish...... I love you Putra... (bisikku dalam hati)
-yesasi-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar